6/21/2013

Masih ingat apa yang dikatakan Einsten tentang hukum relativitas? Orang yang berada di luar pesawat akan melihat pesawat terbang begitu cepat. Tapi mereka yang berada di dalam pesawat, dapat dengan santainya duduk, makan, minum dan berjalan-jalan tanpa merasa terganggu dengan kecepatan tersebut.
Sadarkah kita bahwa bumi kita ini juga berputar (berotasi) dengan kecepatan 1.600km/jam, dan kita sama sekali tak terpengaruh dengan kecepatan itu, kita dapat tetap nyaman beraktivitas di bumi. Yang kita ketahui hanyalah perputaran waktu 24 jam sehari, yg itupun"rasa"nya, terasa semakin cepat. Maka berbicara tentang waktu, adalah bebicara juga tentang suatu yg "relatif" bagi kita.
Lalu berapa lama sesungguhnya kita tinggal di dunia ini? Jawabannya relatif juga. Kalau pakai ‘rasa’nya maka baru kemarin rasanya kita hidup di bumi. Kalau dihitung sejak lahir mungkin 20, 25 atau 30 tahun kita sudah menempati khidupan fana ini. Tapi "rasa"nya, sungguh baru kemarin kita bermain di TK, bandel di SD, semakin Bandel di SMP dan SMA, dan hari ini tiba2 telah sangat jauh dari masa-masa itu. Jadi jika usia kita hanya sampai usia 65 tahun, berapa lama sesungguhnya kita merasakan kehidupan dunia?
Sejenak, mari menengok dgn hati, firman-Nya: “Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari.” (An Nazi’at: 46)
Dia (Allah) berfirman, Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi? Mereka menjawab: “Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, Maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.” Allah berfirman: “Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, jika kamu benar-benar mengetahui” (al-Mu’minuun: 112-114)
Ah, kawan.. sebentar, benar2 sebentar. Dari sebuah artikel yg saya baca, bahkankatanya jika dibandingkan dgn waktu di hari akhir nanti, maka waktu hdup kita di dunia ini hanya 1 menit 52 detik saja. sangat sebentar.
Maka, detik krusial ini, adalah detik yg sungguh tak boleh kita sia-siakan..
Posted By: Cahlan Fataa Al-Maghribi
Source: Firdaus Sabana
comment 0 Comment
more_vert