MASIGNCLEAN101

It’s Only A Story At The Beginning

11/13/2012

Menulislah.....
Sewaktu Imam Ghazali kembali dari menimba ilmu di Naishabur, ia dicegat oleh sekawanan perampok. Sang Imam yang bijak berkata, “Kalian boleh ambil semua barangku, kecuali yang satu ini!”.

Tentu saja perampok berpikir barang yang terbungkus tersebut adalah sesuatu yang sangat berharga. Namun ketika dibuka mereka hanya menemukan sebuah buku lusuh penuh dengan catatan yang ga jelas.
             
Perampok itu berkata, “Barang apa ini, sehingga engkau bilang sangat berharga?”
“Buku. Buku itu adalah hasil dari pembelajaranku menuntut ilmu beberapa tahun, jika kalian itu curi dariku maka sia-sialah usahaku selama ini,” jawab Imam Ghazali.

Si perampok kembali berkata, “Jika yang kau pikir ilmu itu adalah sebuah benda terbungkus yang bisa dicuri, itu bukanlah ILMU!! Pikirkanlah nasibmu baik-baik!!”

Seketika itu Imam Al Ghazali tersadar. Sebuah kalimat pencerahan justru keluar dari mulut sang penjahat. Atas apa yang si perampok katakan al Ghazali mulai makin mempertajam nalar, memperluas cakrawala berpikirnya dan memperkaya khasanah keilmuannya.

Mulai pada saat itulah kata hikmah dari beliau mulai tersohor “Al ‘ilmu fi sudur, laisa fis sutuur – ilmu itu di dalam jiwa bukan di dalam tulisan.”

Sebuah kata-kata dari seorang bijak, yang belakangan karena kemudahan teknologi justru banyak disalahartikan oleh para pengutipnya.

Merasa memiliki alat bantu yang lengkap, baik berupa buku, recorder, kamera atau gadget canggih terkini, para pencari ilmu mulai menghilangkan kebiasaan mencatat.

Cukup merekam, memotret atau meng-copy paste, para pembelajar mulai bermalas-malasan untuk menulis. Mereka bilang “Lha wong Imam Ghazali aja ngomong ilmu bukan buat dicatat kok!!”

Ilmu memang bukan untuk dicatat, tapi dipahami oleh pikiran dan diresapi oleh hati. Namun, bagaimana mungkin seseorang akan menjadi kaya jiwanya ketika ia tidak pernah menulis bulir-bulir hikmah yang sudah ia jalani selama hidupnya?”

Sukses meninggalkan jejak, maka jejak tersebut mudah diduplikasi oleh penerusnya. Asal ada catatan mengenai langkah-langkah apa saja yang telah diambil.


Penelitian yang dilakukan di sebuah Universitas terkemuka di Amerika membuktikan bahwa seseorang yang cenderung memiliki kesuksesan lebih dalam kehidupan di masa kini adalah mahasiswa yang menuliskan impiannya dengan jelas ketika mereka kuliah dulu.

Hasil penelitian yang masuk akal kerena di dalam teori revolusi pembelajaranpun dijelaskan bahwa dengan sering menulis akan membuat sinaps (hubungan antara neuron di otak) menjadi lebih aktif 33 persen.

Sekarang pertanyaannya: Bagaimana mau sering menulis jika kita masih jarang membaca? Bukan hanya membaca buku, tapi terlebih membaca ayat-ayat qauliyah dan qauniyah-Nya (baca: bukti-bukti baik secara tersurat maupun tersirat).

Karena dengan banyak membaca, maka kita akan lebih bisa menulis. Dan karena dengan menulislah sejarah mulai mencatat dan peradaban mulai terbangun. Setelah sekian banyak sejarah manusia hebat yang kita baca, mulai kapan kita menuliskan sejarah kita sendiri??

...But it will end as a history!!

Posted By: Harry Firmansyah
Source: Firmansyah, Harry. 2012. “It’s Only A Story At The Beginning”. Janna. Edisi 3: 16.

FOSEI UNSOED

Akun Official KSEI FOSEI Universitas Jenderal Soedirman