MASIGNCLEAN101

Inflasi Menjelang Idul Fitri Ditengah Krisis Ekonomi

6/03/2021

Inflasi Menjelang Idul Fitri di Tengah Krisis Ekonomi

Essay from Department Research FOSEI UNSOED 2021

Menurut Perspektif Islam Fenomena perayaan hari raya Idul Fitri merupakan momentum yang sangat berharga bagi umat islam termasuk masyarakat Indonesia, karena mayoritas penduduk Indonesia beragama islam. Menurut hasil studi Bank Indonesia, bahwa tren meningkatnya inflasi menjelang hari raya Idul Fitri bukanlah hal yang baru dalam konteks perekonomian Indonesia dan fenomena ini telah terjadi dari tahun ke tahun. Kondisi tersebut akan berdampak pada ekspektasi masyarakat yang secara subyektif akan menilai bahwa menjelang hari raya Idul Fitri pasti terjadi peningkatan inflasi.

Bank Indonesia (BI) menargetkan inflasi tetap terjaga di rentang 2% hingga 4%. Atau lebih tepatnya, inflasi diprediksi sebesar 2,92% yoy, naik dari inflasi pada keseluruhan tahun lalu yang hanya 1,68% yoy. Oleh karena itu, Bank Indonesia akan tetap berkomitmen untuk menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah agar sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Koordinasi ini bertujuan untuk mengendalikan inflasi pada bulan Ramadan dan hari raya Idul fitri 1442 H.

Tak heran pada saat menjelang hari raya Idul Fitri konsumsi sebagian besar masyarakat cenderung mengalami peningkatan terutama untuk kelompok bahan makanan (volatile food) seperti daging ayam, cabai merah, beras, ikan dan sebagainya. Hal tersebut tidak terlepas dari adanya kebijakan pemerintah yang memberikan libur panjang dan pihak perusahaan juga memberikan gaji tambahan atau Tunjangan Hari Raya (THR) kepada para karyawannya, sehingga hal ini dapat memicu terjadinya kenaikan permintaan barang dan jasa.

Apabila kenaikan permintaan tersebut tidak di imbangi dengan supply yang memadai maka akan menyebabkan kenaikan harga barang maupun jasa, kenaikan ini dapat terjadi pada saat menjelang maupun sesudah hari raya Idul Fitri. Selain itu, faktor psikologis produsen yang mengetahui bahwa pendapatan konsumen bertambah menjelang hari raya Idul Fitri, sehingga produsen cenderung meningkatkan harga barang dan jasa.

Faktor yang Memengaruhi Fluktuasi

Menurut Ibn Taymiyyah dalam bukunya menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi permintaan dan konsekuensinya terhadap harga-harga, diantaranya yaitu :

  1. adanya perbedaan tingkat kebutuhan, terlebih disaat menjelang hari raya Idul Fitri dimana terdapat sejumlah barang yang sangat dibutuhkan pada saat itu, sementara jumlahnya terbatas sehingga stok barang semakin menipis yang akhirnya menyebabkan kenaikan harga.
  2. adanya perbedaan tingkat harga, dimana semakin tinggi permintaan maka harga yang ditawarkan pun akan semakin meningkat apabila jumlah barang semakin sedikit.
  3. adanya perbedaan tingkat ukuran terhadap suatu barang. Semakin kuat kebutuhan terhadap suatu barang, maka semakin tinggi harga yang ditetapkan hingga mencapai tingkat yang paling maksimal.
  4. bentuk alat pembayaran yang digunakan dalam transaksi jual-beli.
  5. tujuan dari kontrak adanya timbal-balik kepemilikan oleh kedua belah pihak.
  6. adanya kesamaan aplikasi, dimana hal ini berlaku bagi seseorang yang meminjam atau menyewa.

Kenaikan harga barang dan jasa secara umum biasa disebut dengan istilah inflasi. Namun, jika kenaikan harga yang terjadi hanya pada satu atau dua jenis barang saja, fenomena tersebut belum dapat dikatakan inflasi. Kecuali jika kenaikan satu atau dua barang tersebut menyebabkan kenaikan harga barang-barang lainnya secara meluas. Pada akhirnya inflasi akan memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap perekonomian, selain itu inflasi yang tinggi juga akan mengakibatkan pendapatan masyarakat terus menurun akibatnya standar hidup dari masyarakat juga semakin turun dan akhirnya menjadikan orang miskin menjadi semakin miskin. Inflasi yang tidak stabil juga akan menciptakan ketidakpastian bagi pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan. Oleh karena itu, pengendalian inflasi sangat penting dan menjadi salah satu perhatian pemerintah karena inflasi dapat memperburuk distribusi pendapatan. Jadi, diharapkan inflasi dapat terkendali sehingga akan menciptakan kestabilan dan dapat memberikan kontribusi positif bagi perekonomian.

Inflasi menurut para Ekonom Islam

Menurut para ekonom Islam, inflasi sangat berakibat buruk bagi perekonomian karena fungsi uang dapat mengalami gangguan terutama fungsi tabungan (nilai simpan), fungsi dari pembayaran dimuka, dan fungsi dari unit penghitungan. Karena adanya beban inflasi tersebut, akibatnya masyarakat harus melepaskan diri dari uang dan aset keuangan. Inflasi juga telah mengakibatkan terjadinya inflasi kembali atau dengan kata lain disebut self feding inflation. Kemudian inflasi juga melemahkan motivasi seseorang untuk menabung dan sikap terhadap menabung dari masyarakat (turunnya marginal propensity to save).

Selain itu, inflasi juga dapat menyebabkan peningkatan kecenderungan untuk berbelanja terutama untuk kebutuhan non primer dan barangbarang mewah (naiknya marginal propensity to consume). Inflasi juga dapat mengarahkan investasi pada hal-hal yang bersifat non produktif yaitu penumpukan kekayaan seperti tanah, bangunan, logam mulia, mata uang asing dengan mengorbankan investasi kearah produktif seperti pertanian, industrial, perdagangan, transportasi, dan lainnya (Karim, 2011: 13).

Berbagai macam upaya telah banyak dilakukan untuk menekan timbulnya inflasi. Namun, pengendalian inflasi yang banyak ditawarkan oleh ekonomi konvesional dalam kenyataanya tidak mampu memberikan solusi yang tuntas. Bahkan yang terjadi adalah sebaliknya, setiap solusi yang diberikan senantiasa saling bertolak belakang. Misalnya, apabila pemerintah ingin menaikkan tingkat inflasi dengan menggunakan kebijakan uang ketat, maka dampak yang ditimbulkan yaitu terjadi kenaikan tingkat pengangguran. Begitu juga sebaliknya, apabila pemerintah ingin menekan jumlah pengangguran, dampak yang ditimbulkan yaitu mendorong terjadinya tingkat inflasi yang tinggi. Oleh karena itu, fenomena hubungan negatif antara inflasi dan pengangguran biasa dikenal dengan kurva philips.

Petikan Ayat Al-Qur'an

Didalam Al-Qur’an terdapat ayat yang memberikan informasi mengenai akan terjadinya ketidakstabilan atau bahkan goncangan ekonomi, apabila manusia melakukan penyimpangan dalam menjalankan praktik kegiatan ekonomi. Hal tersebut dapat dijelaskan dalam QS. Al Baqarah ayat 275.

Artinya: “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Barangsiapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Barangsiapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.”

Ayat di atas memberi penjelasan, bahwa penyebab kegoncangan tersebut yaitu akibat mempersamakan antara jual beli dan riba. Dalam teori ekonomi konvensional, kenyataannya memang tidak pernah dibedakan antara laba yang diambil dari penjualan barang dan bunga dari “penjualan” uang. Demikian juga antara sewa dari pemanfaatan barang yang dipinjamkan, dengan bunga dari pemanfaatan uang yang dipinjamkan. Semuanya dianggap sama, karena dianggap sebagai kompensasi logis dari “imbalan” dari pemanfaatan sesuatu (Boediono, 1992).

Keseimbangan permintaan dan penawaran juga pernah terjadi di zaman Rasulullah SAW. Dalam hal ini Rasulullah SAW tidak mau menghentikan atau mempengaruhi pergerakan harga ini sesuai hadis berikut: Anas meriwayatkan, ia berkata: Orang-orang berkata kepada Rasulullah SAW, ” Wahai Rasulullah, hargaharga barang naik (mahal), tetapkanlah harga untuk kami”. Rasulullah SAW lalu menjawab,”Allah-lah Penentu harga, Penahan, Pembentang, dan Pemberi riszki. Aku berharap tatkala bertemu Allah, tidak ada seorangpun yang meminta padaku tentang adanya kedhaliman dalam urusan darah dan harta.”

Pendekatan Islam dalam Mengatasi Inflasi

Pendekatan Islam dalam mengatasi inflasi yaitu dengan mendorong pemerintah untuk melakukan kebijakan penanggulangan inflasi dengan cara:

  1. himbauan moral, dengan cara menghimbau masyarakat untuk hemat dalam berbelanja.
  2. mendorong peningkatan produksi dalam negeri.
  3. subsidi langsung kepada masyarakat, seperti BLT (Bantuan Langsung Tunai). 
  4. perbaikan Infrastruktur, seperti jalan dan lainnya. 
  5. kebijakan moneter. 
  6. kebijakan fiskal yang dilakukan oleh pemerintah sejalan dengan kebijakan moneter. Selain kebijakan-kebijakan tersebut, peran Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam mengendalikan inflasi juga diperlukan seperti dengan mengadakan sosialisasi atau berbagai arahan agar dapat mengoptimalkan penghimpunan zakat, infaq, sedekah, dan wakaf. Dengan adanya pengoptimalan penghimpunan dana masyarakat yang digunakan untuk penyaluran zakat, infaq, sedekah, dan wakaf, sehingga masyarakat tidak melakukan tindakan konsumsi secara berlebihan. Dengan demikian, diharapkan jumlah uang yang beredar dimasyarakat dapat terkendali sehingga dapat menjaga inflasi pada tingkat yang stabil.

Dengan jumlah penduduk Indonesia yang mayoritas beragama islam, maka akan memicu terjadinya peningkatan konsumsi pada saat menjelang hari Raya Idul Fitri. Apabila kenaikan permintaan tersebut tidak di imbangi dengan supply yang memadai maka akan menyebabkan kenaikan harga barang maupun jasa secara umum sehingga terjadi adanya inflasi. Pada akhirnya inflasi akan memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap perekonomian dan menciptakan ketidakpastian bagi pelaku ekonomi. Oleh karena itu, pengendalian inflasi sangat penting dan menjadi salah satu perhatian pemerintah karena apabila inflasi dapat terkendali maka akan menciptakan kestabilan dan dapat memberikan kontribusi positif bagi perekonomian.

DAFTAR PUSTAKA

  • Awaluddin. (2017). Inflasi Dalam Prespektif Islam. Jurnal Ilmiah Syari‘ah, Volume 16, Nomor 2. http://dx.doi.org/10.31958/juris.v16i2.973 Ceramah.org . (2019). Ketika Al-Qur’an dan Sunnah Berbicara Inflasi & Kenaikan Harga. Di Akses Sabtu 22, 2021, dari Ceramah.org: https://www.ceramah.org/2019/02/ketika-al-quran-dan-sunnah-berbicara-inflasikenaikan-harga/ 
  • Fitriani, D. (2021). Pengaruh Hari Raya Idul Fitri Terhadap Kenaikan Harga Barang dan Jasa. Di Akses Sabtu 22, 2021, dari Sibumi.com: https://www.saibumi.com/artikel-109519-pengaruh-hari-raya-idul-fitri-terhadapkenaikan-harga-barang-dan-jasa.html#ixzz6vPhDYs4Q 
  • Kristianus, A. (2020). Meski Ada Idul Fitri, Inflasi Mei Tercatat Hanya 0,07%. Di Akses Sabtu 22, 2021, dari Investor.id: https://investor.id/business/meski-adaidul-fitri-inflasi-mei-tercatat-hanya-007 
  • Mustanginah. (2019). Pengaruh Hari Raya Idul Fitri Terhadap Inflasi Kota Tasikmalaya. Jurnal Dinamika Ekonomi Pembangunan, Vol. 2 Nomor 1. https://doi.org/10.14710/jdep.2.1.63-69 
  • Sulistyawan, P. (2021). Jaga Inflasi Jelang Idul Fitri. Di Akses Sabtu 22, 2021, dari Radar Semarang: https://radarsemarang.jawapos.com/rubrik/opini/2021/04/29/jaga-inflasi-jelangidul-fitri/ 
  • Zain, Z. (2018). Tekan Inflasi Menjelang Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri. Di Akses Sabtu 22, 2021, dari diskominfo.samarindakota.go.id: https://diskominfo.samarindakota.go.id/berita/detail/c48f38a0-65c9-11ea-a4c6- 134f1b82db7a/zairin-zain-tekan-inflasi-menjelang-ramadhan-dan-hari-raya-idulfitri.html 
  • Zakiyah, K. (2018). Peran Pengendalian Inflasi Dalam Tinjauan Perspektif Al-Qur'an. The International Journal of Applied Business Tijab, Vol. 2 Nomor 1. http://dx.doi.org/10.20473/tijab.V2.I1.2018.20-28


FOSEI UNSOED

Akun Official KSEI FOSEI Universitas Jenderal Soedirman