MASIGNCLEAN101

MEWARNAI ATAU DIWARNAI?

5/26/2019

Mewarnai atau Diwarnai?
Oleh:
Departemen General Event FOSEI UNSOED

Generasi Milenial merupakan generasi harapan bangsa yang ke depannya akan menjadi tonggak bagi kemajuan suatu bangsa. Berbagai tantangan dan rintangan tentunya harus dihadapi dengan bijak dan terkonsep agar tercapai tujuan yang diharapkan. Salah satu tantangan bagi generasi milineal pada masa sekarang ini ialah menjawab ambisi Sustainable Development Goals (SDGs) yang dicanangkan akan tercapai di tahun 2030 mendatang. SDGs menjadi tantangan bagi generasi milenial pada saat sekarang ini karena pada tahun 2030, generasi inilah yang akan banyak mengisi dan menempati berbagai posisi-posisi penting di negara ini serta merekalah yang akan memegang kendali kemana dan apa yang akan bangsa ini lakukan.
Tantangan generasi milenial saat ini betambah besar seiring dengan revolusi industri 4.0. Di era ini mereka dituntut untuk mampu meningkatkan kualitas hidup melalui ide-ide dan karya inovatif agar tidak mati dan kalah bersaing dengan kemajuan teknologi dan robotik
Meminjam hasil penelitian dari McKinsey pada 2016 bahwa dampak dari digital technologymenuju revolusi industri 4.0 dalam lima tahun kedepan akan ada 52,6 juta jenis pekerjaan akan mengalami pergeseran atau hilang dari muka bumi. Hasil penelitian ini memberikan pesan bahwa setiap diri yang masih ingin mempunyai eksistensi diri dalam kompetisi global harus mempersiapkan mental dan skill yang mempunyai keunggulan persaingan (competitive advantage) dari lainnya.
Untuk itu tulisan ini kami angkat untuk menjawab berbagai tantangan yang harus dijawab oleh para generasi milenial agar mampu meningkatkan eksistensi bangsa ini dan tidak tergerus oleh ketertinggalan zaman yang semakin canggih dan maju.


Sustainable Development Goals disingkat dengan SDGs adalah 17 tujuan dengan 169 capaian yang terukur dan tenggat yang telah ditentukan oleh PBB sebagai agenda dunia pembangunan untuk kemaslahatan manusia dan planet bumi. Tujuan ini dicanangkan bersama oleh negara-negara lintas pemerintahan pada resolusi PBB yang diterbitkan pada 21 Oktober 2015 sebagai ambisi pembangunan bersama hingga tahun 2030
Beberapa poin yang terdapat dalam SDGs terlihat saling berkaitan. Tetapi menurut saya poin terpentingnya adalah “Tanpa Kemiskinan”. Karena jika suatu negara tanpa kemiskinan sudah jelas pasti pertumbuhan ekonomi di negara tersebut tinggi, sarana kesehatan baik, pendidikan yang berkualitas, industri, inovasi dan infrastruktur yang memadai, dan lain sebagainya.
Kemiskinan adalah juga merupakan pelanggaran terhadap Hak-Hak Asasi Manusia. “…human rights become a constitutive element of development and human rights violations become both a cause and symptom of poverty” (Tammie O’Nei, 2006,p-7). Pada bulan Maret 2018, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia mencapai 25,95 juta orang (9,82 persen).
Dari data tersebut maka kita dapatkan bahwa sebanyak 25,95 juta orang tidak mendapatkan hak-haknya sebagai warga negara. Semua pihak tentunya harus bertanggungjawab akan hal ini. Lantas bagaimana cara menghilangkan kemiskinan?
Seiring era industri yang terus mengalami kemajuan, tentunya kita harus menyesuaikan segala sesuatunya dengan kemajuan zaman ini. Tak terkecuali dalam hal pengentasan kemiskinan. Kemiskinan bukanlah sesuatu yang diinginkan oleh setiap orang, melainkan merupakan sebuah ujian yang kita harus lalui untuk mencapai kesuksesan.
Di era industri 4.0 ini, generasi milenial dituntut untuk mengembangkan kreativitas dan inovasinya agar tak tergerus terbawa arus kemiskinan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan ialah dengan mulai belajar membangun bisnis berbasis digitasi dan komputerisasi. Dengan bisnis tersebut generasi milenial tentunya tak perlu khawatir akan tidak ada modal atau sebagainya. Karena pada dasarnya bisnis yang berbasis digitasi dan komputerisasi ini tidak terlalu memerlukan biaya yang besar. Bisnis ini hanya memerlukan skill atau kemampuan dalam penguasaan teknologi.
Tentunya hal ini tak akan bisa berjalan lancar tanpa adanya dorongan dan bantuan dari pemerintah. Upaya yang dapat dilakukan pemerintah antara lain misalnya dengan menerapkan kurikulum dalam bidang pendidikan yang berbasis techno education (teknologi dalam pendidikan). Techno education ini harus diterapkan pada semua jenjang pendidikan agar kelak tercipta generasi bangsa yang memiliki kemampuan dalam penguasaan teknologi dan dapat bersaing mengikuti perkembangan zaman yang semakin canggih.
Setelah melalui berbagai jenjang pendidikan yang berbasis techno education ini kelak mereka dapat membangun bisnis yang sesuai dengan kemajuan zaman dan teknologi. Dengan begitu di era industri 4.0, salah satu poin SDGs yang sampaikan tadi di atas yaitu “Tanpa Kemiskinan” akan tercapai yang artinya semua poin SDGs juga akan tercapai.
Perkembangan zaman tak dapat kita hindari. Hal itu harus kita hadapi. Tak hanya dengan berdiam diri, namun perlu ada upaya-upaya keras untuk menghadapinya. Di era industri 4.0 dan telah dicanangkannya Sustainable Development Goals (SDGs) menjadi tantangan besar bagi generasi milenial saat ini. Mereka harus menghadapinya dengan membangun bisnis-bisnis berbasis digitasi dan komputerisasi agar sesuai dengan kemajuan zaman.
Mengutip peribahasa “Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing” artinya bahwa generasi milenial tidak dapat bergerak sendiri. Namun dibutuhkan bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Salah satunya pemerintah dapat mendorong untuk menghadapi tantangan tersebut dengan menerapkan kurikulum di bidang pendidikan berbasis techno education pada semua jenjang pendidikan agar tercipta generasi yang punya skill dan kemampuan penguasaan teknologi tingkat tinggi.
Mengutip judul juga “mewarnai atau diwarnai” artinya bahwa generasi milenial ini akan menjadi pelaku atau justru menjadi korban dalam kemajuan teknologi di era industri 4.0 ini. Tentunya jika semua elemen bersinergi mereka akan menjadi pelaku yang akan mewarnai kemajuan di era industri 4.0 ini dan mampu menjawab tantangan serta capaian dalam SDGs yang telah dicanangkan. Namun jika tidak, mereka akan diwarnai atau tergerus dalam jurang kemiskinan.


DAFTAR PUSTAKA

Ishartono, Santoso Tri Raharjo. 2016. Sustainable Development Goals (SDGs) dan Pengentasan Kemiskinan. Jurnal Pekerjaan Sosial. 6(2):154-272.
Suwardana, Hendra. 2018. Revolusi Industri 4.0 Berbasis Revolusi Mental. Jurnal Ilmiah Teknik dan Manajemen Industri. 1(2):102-110.
Wikipedia. Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. https://id.wikipedia.org/wiki/. Diakses pada 6 April 2019 Pukul. 16.30 WIB.


FOSEI UNSOED

Akun Official KSEI FOSEI Universitas Jenderal Soedirman