7/11/2020
Generasi Baru Pengusaha di Era New Normal
Oleh: Rahardyan Bagus First
(Research of Department)
Tahun 2020 dirasa sebagai tahun yang berat bagi umat manusia di bumi, berbagai bencana mulai tercuat dari awal tahun hingga pertengahan tahun ini, mulai dari ketegangan antar negara adidaya yang mengakibatkan isu terjadinya perang hingga beragam bencana alam yang menerpa bumi tua kita, bagaikan rumah semut yang diterpa hujan sebertubi-tubi itulah masalah yang menerpa bumi. Masalah satu belum usai muncul masalah lain yang saling menyelimuti antar satu masalah dengan masalah lainya. Saat ini, masalah yang masih menjadi PR kita bersama yaitu pandemi virus corona atau yang biasa kita dengar sebagai Covid 19, virus yang berasal dari negara tirai bambu sudah menjadi virus global.
Pandemi yang sudah membersamai kita selama hampir setengah tahun lamanya. Virus yang awalnya diremehkan terutama oleh masyarakat Indonesia, bahkan ditatanan pemerintahpun tak begitu menghiraukan akan kehadiran virus ini di Indonesia, pemerintah dengan baiknya menjaga perasaan warganya berusaha menutupi kehadiran virus ini dengan tujuan agar warganya tetap tenang dan tidak panik, berita yang disuapkan kepada masyarakat pasca kelahiran virus ini hanya berisikan tentang betapa kuatnya ras bangsa ini menolak virus tersebut seakan virus itu tak kuasa menyerang orang indonesia, menyerang individu pun tak sanggup apalagi singgah ke negara Indonesia. Namun fakta saat ini begitu menampar seluruh masyarakat Indonesia, virus ini datang ke Indonesia, tak hanya singgah namun menetap dan sampai kini belum ada yang tahu kapan virus ini beranjak, seakan merakan kenyamanan di Indonesia virus ini berkembang begitu pesat bahkan membuat jawa yang menjadi kunci sekarang berada di zona nyaman virus ini.
Berbagai upaya telah dilakukan baik dari himbauan hingga tindakan, elemen yang begitu terlihat berperan adalah pemerintah dan tenaga medis bagaikan seragam IPDN seketat itulah pemerintah dan tenaga medis menggalakan protokol kesehatan. Segala upaya untuk menekan kerumunan telah dilakukan seperti penutupan tempat ibadah, sekolah, wisata, dan pabrik-pabrik atau apapun yang berkaitan dengan kerumuman orang. Semua merasa dirugikan baik rugi secara rohani maupun secara materi. Hal yang penulis akan sorot yaitu tentang kerugian secara materi, adanya pandemi ini membuat pabrik-pabrik menjadi tak bisa beroperasi sebagaimana biasanya, dari kejadian ini pabrik yang tak kuasa perlahan akan tumbang dimakan waktu, hal ini pastilah membuat pimpinan pabrik dipaksa untuk berpikir lebih keras lagi agar pabrik tidak mengalami kerugian yang lebih fatal lagi. Walaupun pabrik tidak aktif namun perawatan mesin tetap jalan belum lagi pajak bangunan yang begitu memberatkan ketika pemasukan pabrik sedang minim. Diantara langkah-langkah yang menyakitkan salah satunya yaitu pemutusan hubungan kerja (PHK) secara massal oleh pabrik untuk menekan anggaran. Baik dari keduanya merasa disakiti oleh virus ini, dari pabrik merasa kehilangan pekerjanya dimasa sulit dan dilain sisi para pekerja merasa kehilangan penghasilan mereka, terlebih bagi mereka yang tidak memiliki sampingan dan hanya menggantungkan pemasukan dari pabrik ditempatnya bekerja.
Namun kehidupan teruslah berjalan, apapun mereka lakukan untuk bisa bertahan hidup baik dengan cara positif maupun negatif. Tak ada pekerjaan seakan memaksa mereka untuk berpikir lebih kreatif lagi agar rantai ekonomi dapat berputar kembali. Tak jarang dari mereka yang terkena PHK memilih untuk membuat usaha kecil-kecilan, dengan bekal yang minim mereka berusaha memanfaatkan dengan semaksimal mungkin. Berjualan mungkin dapat menjadi alternatif mudah untuk saat ini, baik berjualan dengan menjual produk sendiri atau menjualkan produk milik orang lain. Kebanyakan dari mereka yang memiliki modal memilih untuk membuat produk dagangannya sendiri. Mereka memanfaatkan keahlian yang pernah mereka miliki untuk membuat produknya, seakan bernostalgia hal tersebut membuat mereka merasa bahagia dan perlahan dapat menerima kondisi yang mereka hadapi saat ini, namun bagi mereka yang belum pernah berjualan dan ingin mencoba membuat produk biasanya mereka memilih belajar melalui internet seperti cara membuat makanan atau membuat kerajinan serta tak lupa mereka juga mempelajari cara berjualan dari internet.
Seperti halnya usaha pada umumnya, bagian penjualan merupakan bagian inti dari usaha kecil seusia jagung ini. hambatan selalu ada, masalah yang mereka hadapi saat pandemi untuk berjualan yaitu memasarkan produknya. Tergalakanya tagar dirumahaja membuat mereka tak bisa berjulaan diluar rumah. Praktisnya mereka hanya dapat berjualan via online, seolah terlahir buntung begitulahyang dirasakan mereka saat memulai usaha kecil ini, mereka terlahir dengan satu pasar yaitu pasar online, mereka kehilangan pasar offline dimasa pandemi.
Barbagai masalah mau tak mau mereka hadapi, mulai dari kebingungan mau dijual dimana, memiliki pasar online tapi membuat harga anjlok, atau bahkan menghadapi pembeli yang ingin cash on delivery yang tentunya sulit untuk dilakukan untuk mereka yang patuh terhadap tagar dirumahaja bahkan ketika mereka ingin mengirimkan produknya melalui jasa pengiriman barang, mereka harus mengikuti ketatnya protokol kesehatan yang merepotkan, namun resiko tetaplah resiko, mereka suka tidak suka harus melakukan hal tersebut.
Kejutan selalu ada, ditengah masa pandemi yang belum sepenuhnya usai pemerintah membuat keputusan untuk berdamai dengan virus corona dengan membuat kebijakan ‘NEW NORMAL”. Kebijakan ini dibuat untuk menggerakan lagi rantai ekonomi yang sempat terhenti oleh virus corona. Pro dan kontra menghiasi disemua media. Namun bagi mantan pekerja PHK mereka memberikan respon positif terhadap kebijakan new normal ini, seolah mendapan tiupan angin segar ditengah teriknya sabana, mereka tak menyianyiakan kesempatan ini. Mereka langsung melebarkan sayap pasarnya, Seolah mereka telah mendapatkan tangan baru yang tidak mereka miliki ketika lahir. Mereka langsung beradaptasi dengan kondisi baru ini, terlahir dengan memasarkan produk via online kini mereka sudah dapat melakukan cash on dilevery, mengirimkan produk ke jasa pengiriman dan juga mereka dapat berjualan door to door sekaligus bersilaturahmi dengan kerabat yang tentunya dapat mengobati kerinduan mereka selama masa pandemi tidak berjumpa.
Mereka merasa kesusahan lagi untuk mendapatkan bahan-bahan untuk kebutuhan produksi. Dan tentunya mereka melakukan hal terssebut dengan tetap mematuhi protokol kesehatan yang ada, seperti memakai masker disaat bepergian, senantiasa menjaga jarak, sebisa mungkin menghindari kontak fisk, dan tidak berkerumuman tentunya. Harapan dari adanya kebijakan new normal ini adalah semakin memperkenalkan produk mereka baik dari mulut ke mulut maupun dengan cara lainya sehingga usaha mereka bisa berkembang dengan pesat dan perlahan namun pasti luka tentang PHK yang pernah mereka dapati hilang ditelan waktu.
DAFTAR PUSTAKA
- cahyadi, r. k. (2020, may 28). Panduan New Normal Bagi Perusahaan dan Karyawan (Infografis). Retrieved from www.gadjian.com: https://www.gadjian.com/blog/2020/05/28/panduan-new-normal-perusahaan-karyawan/
- damhuri, e. (2020, April 10). Dampak Virus Corona: Berpacu Mencegah PHK Massal. Retrieved from republika.co.id: https://republika.co.id/berita/q8kh09440/dampak-virus-corona-berpacu-mencegah-phk-massal
- ramadani, p. i. (2020, april 10). HEADLINE: Ancaman Gelombang PHK Massal Akibat Pandemi Corona, Apa Antisipasi Pemerintah? Retrieved from www.liputan6.com: https://www.liputan6.com/bisnis/read/4223898/headline-ancaman-gelombang-phk-massal-akibat-pandemi-corona-apa-antisipasi-pemerintah
comment 0 Comment
more_vert