NOTULENSI NOCAFE 2Senin, 10 April 2023SPEI Bani AbbasiyahPemateri: Ust. Mahmud Salim, Lc., M.Pd.
- ISLAM AGAMA YANG SYUMUL
Surat Al-Qashash Ayat 77 yang artinya:
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”
- ABDULLAH BIN ABBAS
Pada awalnya keluarga Abdul Muthalib bin Hasyim bin ‘Abdi Manaf meninggalkan beberapa orang putra, diantaranya ‘Abdullah (Ayah Nabi Muhammad) ‘Abbas dan Abu Thalib. Akan tetapi yang memiliki keturunan banyak (menurunkan keluarga besar) memenuhi jagad kerajaan Islam dari ujung barat Afrika Utara sampai ke negeri-negeri di Asia-Tengah hanyalah ‘Abbbas dan Abu Thalib.
‘Abbas bin ‘Abdul Muthalib, dilahirkan 3 tahun sebelum tahun gajah (tahun penyerangan orang Ethiopia ke Mekah), beliau 3 tahun lebih tua dari Rasulullah, ibunya bernama Nutailah binti Janab. Beliau adalah seorang dari pemuka Bani Hasyim dan seorang cendikia kaum Qurais, beliau sahabat karib Abu Sufyan bin Harb. Beliau meninggal di zaman Khalifah Usman bin ‘Affan.
‘Abdullah bin ‘Abbas, Beliau adalah putera yang kedua dari ‘Abbas, ia lahir 2 tahun sebelum hijriah, ketika nabi wafat umurnya baru 13 tahun. Dari keturunan ‘Abdullah inilah lahir keluarga ‘Abbasiyah dan saudara-saudara yang lain tidaklah mempunyai keturunan.(Osman, 2000: 104)
- AKHIR PEMERINTAHAN BANI UMAYYAH
A. Khalifah Umar bin Abdul Aziz adalah pemimpin terakhir dinasti bani Umayyah
B. Selama masa pemerintahannya, Umar bin Abdul Aziz menerapkan kembali ajaran Islam secara utuh menyeluruh.
C. Ketika diangkat sebagai khalifah, umar bin AbdulAziz mengumpulkan rakyatnya dan mengumumkan sertamenyerahkan seluruh harta kekayaan diri dan keluarganya yangtidak wajar kepada kaum muslimin melalui Baitul Mal, mulaidari tanah-tanah perkebunan di Maroko, berbagai tunjangan yang berada di Yamamah, Mukaedes, Jabal Wars, Yaman, danfadak, hingga cincin pemberian Al-Walid.
D. Selama berkuasa, ia juga tidak mengambil sesuatupun dari Baitul Mal, termasuk pendapatan fai yang telah menjadi haknya.
E. Pada masa pemerintahannya, khalifah Umar bin Abdul Aziz memprioritaskan pembangunan dalam negeri. Menurutnya, memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan negeri-negeriIslam adalah lebih baik dari pada menambah perluasan wilayah.
F. menjaga hubungan baik dengan pihak oposisi dan memberikan hak kebebasan beribadah kepada penganut agama lain.
G. khalifah Umar bin Abdul Aziz bersifat melindungi dan maningkatkankemakmuran taraf hidup masyarakat secara keseluruhan.
H. mengurangi beban pajak yang dipungut dari kaum Nasrani,menghapus pajak terhadap kaum Muslimin, membuat aturan takaran dan timbangan, membasmi cukai dan kerja paksa,memperbaiki tanah pertanian, penggalian sumur-sumur,pembangunan jalan-jalan, pembuatan tempat-tempat penginapanpara musaffir, dan menyantuni fakir miskin. Berbagai kebijakanini berhasil meningkatkan taraf hidup masyarakat secarakeseluruhan hingga tidak ada lagi yang mau menerima zakat(Amalia, 2010).
I. khalifah Umar bin Abdul Aziz pernah membelanjakan seluruh kekayaan Baitul Mal di Irak untuk membayar ganti rugi kepada orang-orang yang diperlakukan semena-mena oleh para penguasa sebelumnya. Karena tidak mencukupi, ia mengambil dari kekayaan Baitul Mal di Syam. Khalifah Umar bin Abdul Aziz juga menetapkan bahwa para pejabat diberi gaji 300 dinar dan dilarang melakukan berbagai pekerjaan sampingan. Selain itu, pajak yang dikenakan kepada non-muslim hanya berlaku pada tiga profesi, yaitu pedagang, petani dan tuan tanah.
- PENGELOLAAN ZAKAT DI AKHIR BANI UMAYYAH
A. Dalam bidang pertanian, melarang penjualan tanah garapan agar tidak ada penguasa lahan. Ia memerintahkan amirnya untuk memanfaatkan semaksimal mungkin lahan pertanian yang ada. melarang memungut sewa terhadap tanah yang tidak subur dan jika tanah tersebut subur, pengambilan sewa harus memperhatikan tingkat kesejahteraan hidup petani yang bersangkutan.
B. khalifah Umar bin Abdul Aziz menerapkan kebijakan otonomi daerah. Setiap wilayah Islam mempunyai wewenang untuk mengelola zakat dan pajak secara sendirisendiri dan tidak diharuskan menyerahkan upeti kepada pemerintah pusat. Bahkan sebaliknya, pemerintah pusat akan memberian bantuan subsidi kepada setiap wilayah Islam yang minim pendapat zakat dan pajaknya (Kholik, 2000: 126). Dengan demikian, masing-masing wilayah Islam diberi kekuasaan untuk mengelola kekayaannya.
- AKHIR DINASTI BANI UMAYYAH
Setelah masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz tersebut,kekuasaan Bani Umayyah berada di tangan Yazid bin AbdulMalik. Pada masa ini, kekacauan dalam kahidupan masyarakatmulai muncul kembali. Hal ini dipicu oleh kegandrungan sangkhalifah dan para penggantinya terhadap kemewahan danketidak peduliaannya terhadap kesejahteraan rakyat. muncul konfrontasi antara pemerintah dengan rakyatnya sendiri.Kerusuhan tersebut terus berlanjut hingga semakin memperkuatoposisi dan sebaliknya, memperlemah posisi sang khalifah.Akhirnya pihak oposisi berhasil menumbangkan DaulahUmayyah.
- AWAL BERDIRI DINASTI ABBASIAH
A. Bani Abbasiyah meraih tampuk kekuasaan Islam setelahberhasil menggulingkan pemerintahan dinas Bani Umayyah padatahun 750 H. Para pendiri dinasti ini adalah keturunan al-Abbas, paman Nabi Muhammad SAW, sehingga khilafah tersebutdinakamakan khilafah Abbasiyah. Dinasti ini didirikan oleh Abdullah al-Saffah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas (132-136H) (Amalia, 2010).
B. Pada masa Daulah Bani Abbasiyah, pusat pemerintahan Islam dipindahkan dari Damaskus ke Baghdad. Dalam kurun waktu lebih dari lima abaddinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkanberbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial dan budaya.
- PEMBAGIAN PEMERINTAHAN ABBASIYAH
Berdasarkan hal ini, Ahmad Syalabi membagi membagimasa pemerintahan Bani Abbasiyah menjadi tiga periode, yaitu:
a) Periode pertama, berlangsung dari tahun 132 H sampai 232H. Pada periode ini, kekuasaan berada ditangan parakhalifah secara penuh.
b) Periode kedua, berlangsung dari tahun 232 H sampai 590H.Pada periode ini kekuasaan politik berpindah dari tangankhalifah kepada golongan Turki (232 H-334 H), dan BaniSaljuk (447 H-590 H).
c) Periode ketiga, berlangsung dari tahun 590 H sampai 656 H.Pada periode ini kekuasaan kembali di tangan khalifah,tetapi hanya di Baghdad dan sekitarnya.
- MASA KEKUASAAN DAULAH ABBASIAH
Lima abad lamanya keluarga ‘Abbasiyah menduduki singgasana khalifa Islam, mulai dari tahun 132 H (749 M), yaitu di tahun penabalan Abdul ‘Abbas Assaffah, sampai kemasa penjarahan Mongol-Tartar dibawah pimpinan Holako atas kota Bagdad ditahun 656 H (1258 M). Adapun masa dari mulai berdirinya daulat ini sampai ke zaman Khalifah Al Watsik Billah tahun 232 H (879 M), adalah masa jaya yang gilang-gemilang bagi Daulat Bani ‘Abbas, masa ketinggian dan kebesaran, masa kekuatan dan kemakmuran. Tidaklah salah orang mengatakan, bahwa masa itu adalah: zaman keemasan Islam yang gilang-gemilang.(Osman, 2000)
- KHALIFAH ABDULLAH AS SAFFAH
Diantara periode-periode pemerintahannya tersebut, dinasti Abbasiyah mencapai masa keemasan pada periode pertama. Pada masa ini, secara politis, para khalifah benar-benar tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Di sisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai puncaknya. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam. Karena Abdullah Al-Saffah hanya memerintah dalam waktu yang singkat, pembina yang sesungguhnya dan Daulah Abbsiyah adalah Abu Ja’far Al-Manshur (136-148 H).
- KHALIFAH AL MANSUR
A. khalifah Al-Manshur lebih banyak melakukan konsolidasi dan penertiban administrasi birokrasi. Ia berusaha meletakkan dasar-dasar pemerintahan Daulah Abbasiyah. Pusat pemerintahan yang pada mulanya berada Hasyimiyah dipindahkan ke kota Baghdad yang baru dibangunnya. Ia menciptakan tradisi baru dibidang pemerintahan dengan mengangkat seorang wazir sebagai koordinator departemen. Khalifah Al-Manshur juga membentuk lembaga protokol negara, sekretaris negara, dan kepolisian negara, serta membenahi angkatan bersenjata dan membentuk lembaga kehakiman negara. Peranan jawatan pos semakin ditingkatkan dengan tambahan tugas dapat berjalan dengan lancar dan melaporkan perilaku gubernur setempat kepada khalifah
B. Dalam mengendalikan harga-harga, khalifah al-Manshur memerintahkan para kepala jawatan pos untuk melaporkan harga pasarang dari setiap bahan makanan dan barang lainnya. Para walinya agar menurunkan harga-harga ketingkat semula. Disamping itu, khalifah Al-manshur juga sangat hemat dalam membelanjakan harta Baitul Mal. (Hasyimi, 1987).
C. Keberhasilan khalifah al-manshur dalam meletakkan dasardasar pemerintahan Daulah Abbasiyah memudahkan usaha para khalifah berikutnya untuk lebih fokus terhadap permasalahan ekonomi dan keuangan negara, sehingga peningkatan dan pengembangan taraf hidup rakyat dapat terjamin.
- KHALIFAH AL MAHDI
A. Al Mahdi (158-169) menjadi khalifah, keadaan negara telah stabil. Ia banyak menerapkan kebijakan yang menguntungkan rakyat banyak, seperti pembangunan tempat-tempat persinggahan para musafir haji, pembuatan kolam-kolam air bagi para kafilahdengan beserta hewan bawaannya, serta memperbaiki danmemperbanyak jumlah telaga dan perigi. Ia juga mengembalikanseluruh harta yang dirampas ayahnya kepada pemiliknyamasing-masing.
B. Pada masa pemerintahan Al-Mahdi, perekonomian negara mulai meningkat dengan peningkatan di sektor pertanian melalui irigasi dan peningkatan hasil pertambangan, seperti emas, perak, tembaga dan besi. Di samping itu jalur transit perdagangan antara Timur dan Barat juga menghasilkan kekayaan. Dalam hal ini, basrah menjadi pelabuhan yang penting.
C. Setor-sektor pertanian yang menunjang kemakmuran adalah pertanian, pertambangan dan perdagangan. Untuk meningkatkan sektor pertanian, pemerintah pengeluarkan berbagai kebijakan yang membela hak-hak kaum tani, seperti peringanan hasil pajak hasil bumi, penjaminan hak milik dan keselamatan jiwa, perluasan lahan pertanian di setiap daerah, dan pembangunan berbagai bendungan dan kanal.
D. Sementara untuk meningkatkan sektor perdagangan, pemerintahh membuat sumur-sumur membangun tempat-tempat peristirahatan para kafilah dagang, dan mendirikan berbagai armada dagang serta menjaga keamanan pelabuhan dan pantai.
- HARUN AR RASHID
Ketika tampuk pemerintahan dikuasai khalifah Harun AlRasyid (70-193 H), pertumbuhan ekonomi berkembang dengan pesat dan kemakmuran Daulah Abbasiyah mencapai puncaknya.Pada masa pemerintahannya, khalifah Harun Al-rasyidmelakukan diversifikasi sumber pendapatan negara.
Membangun Baitul Mal untuk mengurus keuangan negaradengan menujuk seorang wajiz yang menjadi kepala beberapa diwan, yaitu:
a) Diwan al-khazanah, bertugas mengurus seluruhperbendaharaan negara.
b) Diwan al-Azra’, bertugas mengurus kekayaan negara yangberupa hasil bumi.
c) Diwan Khazain Al-Silah, bertugas mengurus perlengkapan angkatan perang.
d) Sumber pendapatan pada masa pemerintahan ini adalah kharaj, jizyah, zakat, fai, ghanimah, usyr, dan hartalainnya. Seperti wakaf, sedekah dan harta warisan orangyang tidak mempunyai ahli waris.
e) Seluruh pendapatan negara tersebut dimasukkan kedalam baitul Mall dan dikeluarkan berdasarkan kebutuhan pada masa pemerintahan Khalifah Harun Al-Rasyid, pendapatan Baitul Mal dialokasikan untuk riset ilmiah dan penterjemahan buku-buku Yunani, disamping untuk biaya pertahanan dan anggaran rutin pegawai. Pendapatan tersebut juga dialokasikan untuk membiayaai para tahanan dalam hal penyediaan makanan dan pakaian musim panas dan dingin (Amalia, 2010).
- KHALIFAH MA’MUN
Sepeninggal Harun Al-Rasyid, tampuk pemerintahan Daulah Abbasiyah diserahkan kepada Khalifah Al-Ma’mun (198-218H). Pribadi AL-Ma’mun adalah pribadi yang sangat mencintai ilmu dan hal ini sangat mempengaruhi berbagai kebijakannya. Pada masa pemerintahannya, khalifah Al-Ma’mun memberikan perhatian yang besar terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dalam Islam.
A. Menggalakkan aktifitas penerjemahan buku-buku asing.
B. Mengalokasikan dana Baitul Mal untuk gaji para penterjemah.
C. Mendirikan sekolah-sekolah dan yang termasyhur adalah Baitul Hikmah, pusat penerjemahan yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan dilengkapi perpustakaan yang besar. Pada masa tersebut, baghdad mulai menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
- KERUNTUHAN DAULAH ABBASIYAH
A. Keruntuhan dari segi internal ( dari dalam )
mayoritas kholifah Abbasyiah periode akhir lebih mementingkan urusan pribadi dan melalaikan tugas dan kewajiban mereka terhadap negara. Luasnya wilayah kekuasaan kerajaan Abbasyiah, menyebabkan komunikasi pusat dengan daerah sulit dilakukuan. Semakin kuatnya pengaruh keturunan Turki, mengakibatkan kelompok Arab dan Persia menaruh kecemburuan atas posisi mereka. Dengan profesionalisasi angkatan bersenjata ketergantungan khalifah kepada mereka sangat tinggi. Permusuhan antar kelompok suku dan kelompok agama, serta merajalelanya korupsi dikalangan pejabat kerajaan.
B. Keruntuhan dari segi eksternal (dari luar) Perang Salib yang berlangsung beberapa gelombang dan menelan banyak korban. Penyerbuan Tentara Mongol dibawah pimpinan Hulagu Khan yang menghancurkan Baghdad.
- RUNTUHNYA BANI ABBASIYAH
A. Serangan Hukagu Khan menanndai berakhirnya kerajaan Abbasyiah dan muncul Kerajaan Syafawiah di Iran, Kerajaan Usmani di Turki dan Kerajaan Mughal di India.
B. Daulah Abbasiyah Lenyap dari Permukaan Bumi, runtuhnya daulah ini ketika dijabat oleh khalifah Al-Musta’sim (khalifah terakhir di daulah ini), beliau besarta putra-putranya dan seluruh pembesar-pembesar kota Bagdad mati dibunuh, akibat ulah khianat laskar Holako, sebagian besar penduduk dari kota ini disembelih, laksana menyembelih binatang. Lalau laskar Holako merampas,, menjarah dan melakukan perbuatan-perbuatan yang tiada terperikan kejam dan ganasnya, mereka juga merusak gedung-gedung nan indah permai, madrasah-madrasah dan masjid-masjid serta kitab-kitab pengetahuan yang tiada ternilai harganya, mereka lempar ke dalam sungai Tigris sehingga hitam airnya lantaran tinta yang luntur.
comment 0 Comment
more_vert